Pada ulasannya perihal sandaran gerak perjuangan dalam Program Azas dan Tandhim PSII, Tjokroaminoto menegaskan posisi Tauhid sebagai sandaran pertama dan utama dalam gerak laju perjuangan Islam yang dihelat oleh Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Uraian mengenai hal tersebut, lalu disebarluaskan untuk dijadikan sebagai sandaran gerak perjuangan umat Islam secara umum. Bahkan di hadapan kader-kader Jong Islamieten Bond yang mengikuti Kongres ke VI di Bandung, 22 Desember 1928, Tjokro menegaskan hal tersebut.
#TjokroCorner tidak bisa ia mendjadi berani dengan keberanian jang soetji dan oetama, kalau ada banjak barang jang ditakoeti dan disembahnja
Dalam Memeriksai Alam Kebenaran, Jang Oetama mewasiatkan, “Tidak bisa manoesia mendjadi oetama jang sesoenggoeh-soenggoehnja –tidak bisa manoesia mendjadi besar dan moelia dalam erti kata jang sebenar-benarnja, –tidak bisa ia mendjadi berani dengan keberanian jang soetji dan oetama, kalau ada banjak barang jang ditakoeti dan disembahnja.”
Tak ada yang berhak ditakuti dan disembah oleh manusia apabila ia hendak menjaga keutamannya sebagai manusia yang suci sesungguh-sungguhnya dan mulia sebenar-benarnya, kecuali Allah.
“Keoetamaan, kebesaran, kemoeliaan, dan keberanian jang sedemikian itoe hanjalah bisa tertjapai karena ‘Tauhid’ saja, tegasnja menetapkan lahir-bathin: Tidak ada Sesembahan melainkan Allah sadja –[“La Ilaha illa’llah”] sebagai jang dinjatakan dalam Qoeran Soetji.” Lanjut Tjokro.
~Kasman McTutu