Di tengah gegap gempita perjuangan kemerdekaan Indonesia, gagasan zelfbestuur (pemerintahan mandiri) yang digelorakan H.O.S. Tjokroaminoto bukan sekadar strategi politik. Ia adalah manifestasi semangat hijrah transformasi radikal dari mentalitas terjajah menuju kesadaran merdeka, persis seperti esensi Tahun Baru Islam, pembaruan jiwa, konsolidasi kebersamaan, dan perlawanan terhadap kezaliman .
Hijrah Fisik: Meninggalkan Feodalisme Menuju Kerakyatan
- Penolakan Gelar Bangsawan sebagai Dekolonisasi Mental
Lahir sebagai Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto, ia melepas gelar kebangsawanannya, simbol penolakan terhadap feodalisme yang membelenggu. Hijrah fisik dimulai tahun 1905 ketika ia meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai pemerintah kolonial di Ngawi, menolak tunduk pada atasan Belanda. “Menunduk pada penjajah adalah penghinaan bagi martabat manusia,” tulisnya dalam otobiografi .
- Surabaya sebagai “Madinah”-nya Perjuangan
Pada 1906, Tjokroaminoto hijrah ke Surabaya bersama istri. Di kota inilah ia membangun rumah kos Peneleh yang kelak menjadi “laboratorium hijrah peradaban”. Rumah sederhana itu menjadi tempat persemaian pemikiran bagi Soekarno (nasionalis), Semaun (komunis), dan Kartosuwiryo (Islamis), cerminan persaudaraan ala Muhajirin-Ansar di era kolonial .
Hijrah Intelektual: Dari Dagang Menuju Politik Berdaulat
- Transformasi Sarekat Dagang Islam ke Sarekat Islam
Awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang fokus pada perlindungan pedagang Muslim, organisasi ini diubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) oleh Tjokroaminoto pada 1912. Perubahan ini bukan sekadar pergantian label, melainkan hijrah strategis dari gerakan ekonomi menuju perjuangan politik berbasis Islam. Dalam lima tahun, SI menjadi organisasi terbesar di Hindia Belanda dengan 2,5 juta anggota, bukti daya pikat gagasan zelfbestuur sebagai alat mobilisasi .
- Trilogi Hijrah: Tauhid, Ilmu, Siasat
Konsep *”Semurni-murni Tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepandai pandai siasah”*menjadi panduan operasional hijrah menuju zelfbestuur:
Ilmu: Pendirian sekolah SI dengan kurikulum Moeslim Natioonal Onderwisj untuk pendidikan politik rakyat .
Tauhid: Penanaman prinsip kesetaraan manusia di hadapan Allah sebagai senjata melawan feodalisme .
Siasat: Strategi non-kooperatif terhadap Belanda, termasuk pembentukan Tentara Kandjeng Nabi Muhammad (1933) untuk mempertahankan martabat Islam .
Hijrah Spiritual: Tauhid sebagai Pondasi Zelfbestuur
- Sosialisme Religius: Sintesis Iman dan Keadilan
Dalam buku Islam dan Sosialisme (1924), Tjokroaminoto menawarkan sosialisme religius gagasan bahwa kemerdekaan ekonomi adalah bagian dari ibadah. Ia mengecam kapitalisme kolonial seraya berkata: “Kemerdekaan tanpa kedaulatan ekonomi adalah ilusi” . Pemikiran ini menjadi akar sila Keadilan Sosial dalam Pancasila.
- Nasionalisme Kemanusiaan: Bhinneka Tunggal Ika sebagai Piagam Madinah
Slogan “Nasionalisme kita adalah kemanusiaan” mencerminkan hijrah dari identitas sempit menuju persatuan inklusif. Tjokroaminoto aktif membangun aliansi dengan perjuangan Asia-Afrika, termasuk dukungannya pada kemerdekaan Aljazair merupakan cerminan semangat ummah yang lintas-batas .
Relevansi Hijrah Tjokroaminoto di Era Kontemporer
- Menyambut Muharram: Hijrah dari Ketergantungan menutan Kemandirian
Sebagaimana hijrah Nabi menandai dimulanya kalender Islam, gagasan zelfbestuur mengajarkan:
Muhasabah Niat (Rengum): Evaluasi komitmen kebangsaan seperti Tjokroaminoto meninggalkan zona nyaman bangsawan .
Kolektivitas (Dering): Mencontoh kekompakan SI yang menyatukan 2,5 juta anggota berbeda latar .
Adaptasi Kreatif: Fleksibilitas Tjokroaminoto berkolaborasi dengan berbagai ideologi tanpa kehilangan prinsip .
- Digital Sovereignty sebagai Zelfbestuur Modern
Kemandirian teknologi dan ekonomi digital adalah wujud hijrah abad ke-21:
Konsep Hijrah Tjokro
- Koperasi SI
- Sekolah Rakyat
- Nasionalisme Kemanusian
Analogi Modern
- Ekosistem UMKM digital
- Literasi untuk masyarakat
- Diplomasi budaya di ruang digital
Epilog: Hijrah yang Tak Pernah Usai
“Hijrah bukanlah pelarian, melainkan strategi kebangkitan.”
Tjokroaminoto wafat pada 17 Desember 1934, tetapi roh hijrahnya tetap hidup. Setiap 1 Muharram, semangat zelfbestuur mengingatkan kita bahwa kemerdekaan sejati dimulai dari hijrah mental, membongkar mentalitas terjajah, mengukuhkan integritas tauhid, dan merajut persatuan dalam keragaman. Sebagaimana sabda Nabi: “Barangsiapa hijrahnya karena Allah, maka bumi menyediakan tempat berlabuh yang luas.”
Selamat Menyambut 1 Muharram 1447 H:
“Merdekalah dengan semurni murni Tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat!”