Tahun Baru Islam, 1 Muharram bukanlah sekadar pergantian kalender. Itu adalah momen sakral yang mengingatkan umat Muslim pada peristiwa monumental: Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini menyimpan pelajaran abadi yang ternyata sangat selaras dengan semangat Zelfbestuur yang diproklamirkan oleh HOS. Tjokroaminoto 17 Juni 1916 (kehendak berpemerintahan sendiri atau kemerdekaan Indonesia) baik secara individu, komunitas, maupun bangsa. Mari kita telusuri relevansi peristiwa bersejarah dari keduanya.
Hijrah: Landasan Kemerdekaan Spiritual, Sosial, dan Politik
Inti Hijrah bukanlah pelarian, melainkan strategi membangun kemandirian dan kemerdekaan umat. Di Mekkah, Nabi dan pengikutnya menghadapi penindasan yang membatasi kebebasan beragama dan berkehidupan. Hijrah ke Madinah menjadi jawaban, sebuah langkah berani untuk membangun tatanan masyarakat yang mandiri dan berdaulat. Di sanalah Nabi meletakkan fondasi Zelfbestuur sejati. Beliau tidak membangun ketergantungan, melainkan sebuah masyarakat yang mampu mengatur dirinya sendiri berdasarkan prinsip Islam. Ini adalah esensi kemandirian kolektif meninggalkan zona nyaman untuk menciptakan realitas baru yang lebih adil dan bermartabat.
Keberanian dan Inisiatif: Jiwa Zelfbestuur yang Hidup
Hijrah adalah bukti nyata keberanian mengambil inisiatif menentukan nasib sendiri. Nabi dan para sahabat memilih jalan sulit meninggalkan tanah kelahiran demi mempertahankan keyakinan dan membangun masa depan. Ini mencerminkan jiwa Zelfbestuur yang menekankan tanggung jawab untuk mengelola diri sendiri. Mereka menolak tunduk pada tekanan eksternal yang menghancurkan, memilih mengambil kendali, dan membuat keputusan strategis demi kelangsungan dan kemajuan komunitas. Hijrah mengajarkan bahwa kemandirian dan kemerdekaan dimulai dari keberanian bertindak.
Piagam Madinah: Cetak Biru Komunitas Mandiri yang Inklusif
Implementasi nyata Zelfbestuur pasca-Hijrah terwujud dalam Piagam Madinah (Shahifatul Madinah). Dokumen revolusioner ini bukan hanya konstitusi pertama dalam Islam, tapi juga model pemerintahan mandiri berbasis kesepakatan. Nabi membangun sistem yang mengatur hubungan antar berbagai suku (termasuk Yahudi) di Madinah dengan prinsip keadilan, kerja sama, dan tanggung jawab bersama. Piagam ini menunjukkan bahwa Zelfbestuur yang sukses bukanlah individualisme, melainkan kemampuan kolektif membangun sistem yang adil, inklusif, dan berkelanjutan untuk kebaikan beragam elemen masyarakat. Kemandirian di sini bersifat sosial dan politis, dan kemerdekaan itu adalah hak azasi setiap individu yang wajib dihormati.
Muhasabah di Muharam: Kemandirian Dimulai dari Diri
Tradisi refleksi atau muhasabah di bulan Muharam memiliki dimensi semangat dan jiwa Zelfbestuur yang personal. Momentum ini mengajak setiap individu untuk mengambil tanggung jawab penuh atas hidup dan kehidupannya. Zelfbestuur pada tingkat individu berarti proaktif memperbaiki diri, meningkatkan kapasitas, dan tidak bergantung secara berlebihan pada orang lain. Semangat Hijrah menginspirasi kita untuk “berhijrah” dari kebiasaan buruk, ketergantungan, dan kemalasan menuju pribadi yang lebih mandiri, disiplin, dan berdaya. Kemandirian kolektif mustahil tercapai tanpa kemandirian individu yang kuat.
Relevansi Modern: Zelfbestuur Melawan Mentalitas Ketergantungan
Dalam konteks kekinian, semangat Muharam dan Hijrah menjadi sumber motivasi kuat untuk mewujudkan *Zelfbestuur di berbagai bidang*:
- Ekonomi: Mendorong kemandirian ekonomi umat, mengembangkan kewirausahaan (entrepreneurship), dan mengurangi ketergantungan pada sistem yang tidak adil.
- Pendidikan: Membangun sistem pendidikan yang membentuk karakter mandiri, kritis, dan inovatif, serta menguasai ilmu dan teknologi.
- Budaya & Identitas: Mempertahankan dan mengembangkan khazanah budaya serta identitas sendiri tanpa terombang-ambing oleh dominasi asing.
- Politik: Memperjuangkan kebijakan yang melindungi dan berpihak pada kepentingan bangsa dan kedaulatan rakyat.
Semangat ini merupakan antitesis dari kolonialisme, imperialisme, feodalisme, eksploitasi, dan mentalitas ketergantungan yang masih sering menghinggapi masyarakat.
Hijrah sebagai Inspirasi Abadi untuk Kemandirian
Tahun Baru Islam, dengan napak tilas peristiwa Hijrah di bulan Muharam, menawarkan pelajaran mendalam tentang Zelfbestuur. Hijrah mengajarkan bahwa kemandirian dan kemerdekaan sejati bersifat multidimensional: meliputi aspek spiritual (keteguhan iman), mental (keberanian dan inisiatif), sosial-politik (membangun sistem yang adil dan mandiri), dan ekonomi-budaya.
Semangat Hijrah adalah seruan abadi untuk mengambil alih kendali atas nasib sendiri, baik sebagai individu maupun komunitas. Ia menginspirasi kita untuk berani berubah, membangun tatanan yang lebih baik berdasarkan prinsip keadilan dan kemaslahatan, serta mewujudkan kehidupan yang merdeka dan bermartabat, sebuah cita-cita Zelfbestuur yang terus relevan sepanjang masa. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H, semoga semangat Hijrah memperkuat tekad kita menuju kemandirian dan kemerdekaan yang hakiki.