Mewujudkan Asta Cita dengan Semangat Zelfbestuur-1916: Bangkit untuk Kedaulatan, Keadilan, dan Kesejahteraan!

Penulis : ChaUd
16 June 2025

Di tahun 1916, nyala api kemandirian berkobar di hati H.O.S. Tjokroaminoto. Melalui semangat zelfbestuur yaitu kehendak berpemerintahan sendiri, ia menyerukan kedaulatan, keadilan, dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Itu bukan sekadar wacana, tetapi kobaran perjuangan yang menyatukan petani, buruh, pedagang, dan cendekiawan melawan belenggu kolonialisme. Kini, negeri ini di bawah visi Asta Cita Presiden Prabowo, panggilan itu bergema kembali. momentum Ini bukan saatnya untuk berpangku tangan, namun untuk bangkit!! Kita dipanggil untuk menghidupkan semangat proklamasi Zelfbestuur-1916, menjadikan cita-cita luhur itu nyata: Indonesia yang berdaulat, adil, dan sejahtera untuk setiap jiwa di negeri ini!

 

Kedaulatan: Jiwa Zelfbestuur, Jantung Kebangkitan Bangsa

Kedaulatan adalah spirit zelfbestuur. Ia adalah hak suci bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri; bebas dari penjajahan cengkeraman asing, baik dalam politik, ekonomi, maupun budaya. Namun, lihat kenyataan pahit di depan mata: sektor pertambangan dan manufaktur kita masih bergantung pada tenaga dan teknologi asing. Data Badan Pusat Statistik (2024) mencatat lebih dari 100.000 pekerja asing mengisi posisi teknis pada 2023, sementara 70% peralatan canggih di industri manufaktur diimpor, terutama dari China dan Jepang. Di tambang nikel Sulawesi Tenggara, pekerja asing mengoperasikan mesin mutakhir, sementara anak bangsa hanya menjadi kuli dengan upah seadanya. Ini bukan kedaulatan, ini ketergantungan!

Petani kita tercekik oleh benih impor, nelayan kita terhimpit oleh pencurian ikan di laut kita, dan pekerja lokal tersisih di negeri sendiri. Kedaulatan sejati lahir saat rakyat menguasai sumber dayanya, saat teknologi lahir dari tangan kita sendiri, saat pangan dan energi tak lagi bergantung pada pihak asing. Asta Cita menjanjikan kemandirian pangan dan energy; janji itu harus menjadi kenyataan! Kita butuh benih unggul dari bumi Indonesia, perlindungan laut dari tangan-tangan rakus, dan inovasi teknologi yang lahir dari kecerdasan anak bangsa. Dengan kedaulatan, kita bukan hanya bertahan, tetapi berdiri tegak sebagai bangsa yang bermartabat!

 

Keadilan: Jembatan Persatuan, Fondasi Harmoni

Tjokroaminoto mengajarkan bahwa keadilan adalah pelukan hangat bagi setiap anak bangsa; buruh, petani, pedagang, hingga cendekiawan. Keadilan bukan sekadar kata, tetapi hak setiap warga untuk mengenyam pendidikan, merasakan layanan kesehatan, dan mengejar peluang ekonomi, tanpa terkungkung oleh jarak atau status. Namun, kesenjangan masih menghantam kita: anak-anak di pelosok berjuang demi buku dan guru, pekerja informal hidup tanpa perlindungan, dan suara kelompok adat atau penyandang disabilitas sering tenggelam. Data dari Institute for Economics and Peace (2024) menegaskan: negara dengan keadilan sosial yang kuat, seperti Norwegia, menikmati kedamaian yang kokoh. Di Indonesia, keadilan adalah kunci persatuan, perekat keberagaman, dan tameng dari konflik sosial.

Asta Cita menyerukan pemerataan pembangunan dengan Desa sebagai ujung tombaknya. Wujudkan itu dengan sekolah vokasi di ujung negeri, koerasi merah putih, jaminan kesehatan untuk semua, dan perlindungan hukum bagi pekerja informal, hormati hak masyarakat adat, dan beri ruang bagi mereka yang terpinggirkan. Keadilan bukan hanya impian, tetapi fondasi kokoh bagi bangsa yang harmonis. Tanpa keadilan, persatuan kita rapuh, dan harapan kita pudar.

 

Kesejahteraan: Cita-Cita Luhur untuk Kehidupan Bermartabat

Kesejahteraan adalah tujuan akhir setiap perjuangan, dari zelfbestuur 1916 hingga Asta Cita 2025. Ini bukan sekadar angka pertumbuhan ekonomi, tetapi kehidupan bermartabat bagi setiap rakyat: pekerjaan layak, tempat tinggal manusiawi, dan harapan yang menyala untuk masa depan. Tjokroaminoto memahami bahwa kesejahteraan lahir dari pemberdayaan rakyat; petani, buruh, pemuda, dan pedagang. Maka, prioritaskan pelatihan keterampilan untuk generasi muda, suntikkan modal bagi UMKM, dan kuatkan koperasi sebagai tulang punggung ekonomi rakyat! Bayangkan: usaha mikro di desa-desa menjadi mesin ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja dan menjaga martabat komunitas.

Asta Cita harus hidup di tengah rakyat, bukan di menara gading. Proyek infrastruktur harus melibatkan komunitas lokal, bukan menggusur mereka. Pendidikan harus menjangkau anak-anak miskin di pelosok dengan beasiswa dan sekolah berkualitas. Ekonomi harus bertumpu pada koperasi dan UMKM, bukan hanya korporasi raksasa. Kesejahteraan sejati terjadi ketika rakyat bukan penonton, tetapi pelaku utama pembangunan. Bersama, kita wujudkan Indonesia di mana setiap tangan berkontribusi, setiap mimpi punya tempat untuk tumbuh.

 

Bangkit, Indonesia! Hidupkan Semangat zelfbestuur 1916, Wujudkan Asta Cita!

Ketua Umum PB. Pemuda Muslimin Indonesia Muhtadin Sabili, kembali mengamanatkan bahwa “Jiwa dan Semangat zelfbestuur 1916 adalah seruan Tjokroaminoto untuk bersatu melawan berbagai bentuk penjajahan, kedzholiman dan ketidakadilan. 109 tahun berlalu, musuh kita tetap sama yaitu penjajahan, kemiskinan, kebodohan, ketimpangan, eksploitasi sumber daya, dan ancaman hilangnya identitas budaya. Kita tak boleh diam! Pemuda harus berinovasi, bersinergi & berkontribusi, komunitas lokal harus diberdayakan, dan pemerintah harus mendengar denyut nadi rakyat. Dengan kedaulatan, kita kuat. Dengan keadilan, kita bersatu. Dengan kesejahteraan, kita bermartabat.”

Indonesia adalah rumah kita bersama. Dengan semangat zelfbestuur dan visi Asta Cita, dengan momenyum ini mari kita bangun negeri yang berdaulat, adil, dan sejahtera. Setiap rakyat punya peran, setiap suara didengar, setiap harapan dirangkul. Bangkit, Indonesia! Wujudkan cita-cita luhur itu untuk generasi kini dan masa depan! Bersama, kita ukir sejarah baru sejarah bangsa yang besar, mandiri, dan terwujud keadilan dalam bingkai persatuan dan harmoni Persaudaraan.

Bagikan